RUMAHAYAH.COM | Jangan sangka, ternyata ada tren rumah mewah di daerah pinggiran Jakarta ada peningkatan. Hal ini tak terlepas dari konsumen segmen menengah atas yang mencari lokasi alternatif serta pengembang yang gencar membangun hunian mewah di luar Jakarta.
CEO dan Founder Pinhome Dayu Dara mengatakan tipe rumah mewah yang luas lahan di atas 200 meter persegi banyak bermunculan di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Menurutnya, pengembang-pengembang membangun hunian mewah untuk menjawab keinginan konsumen buat pindah dari Jakarta.
Dara menyebut harga rumah sudah mulai naik dibandingkan tahun sebelumnya, baik rumah baru atau sekunder. Rumah mewah di Kota Bogor mengalami kenaikan 4 persen, sedangkan Kabupaten Bogor naik 3 persen.
“Banyak orang Jakarta, Jabodetabek yang mendambakan luasan rumah yang lebih besar, ini menjadi alternatif yang sangat menarik. Apalagi dengan berkembangnya transportasi (di Bogor),” ujar Dara di Muamalat Tower, Jl. Prof. DR. Satrio, Kuningan, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (18/6/2025).
Hal itu disampaikan dalam Media Talk Show bertema ‘Tren dan Strategi Properti Kelas Menengah Atas: Relevansi di Masa Ketidakpastian’. Dara memaparkan hasil temuan data Pinhome Home Value Index.
Kawasan tersebut menarik bagi pengembang, investor, maupun pembeli. Apalagi dengan berkembangnya transportasi, seperti LRT yang sudah sampai Cibubur akan sampai ke Sentul, Kabupaten Bogor.
Pembangunan properti pun membangun perumahan mewah dengan tema atraktif untuk memenuhi kebutuhan konsumen menengah atas. Tema rumah yang diusung seperti green living, clean air, eco sustainable home, farm-to-table community, dan smart home.
“Pengembang saat ini mendengarkan aspirasi dari konsumen, terutama konsumen yang mapan, affluent. Karena mereka mungkin agak lelah dengan kehidupan Jakarta dengan kemacetannya, kemudian dengan polusi udaranya, kemudian kadang ada isu banjir,” ucapnnya.
Pembeli bisa dari kalangan pebisnis, pekerja hybrid, ataupun pekerja Work From Home (WFH). Mereka memiliki fleksibilitas tidak perlu ke kantor setiap hari. Lalu, kawasan ini juga bisa menjadi incaran orang yang sudah pensiun atau mendekati usia pensiun mencari ketenangan di luar Jakarta.
Sementara itu, Head of Business Development APEX Real Estate Melia Silmina mengungkap pengembang sangat tertarik dengan area penyangga Jakarta. Ia menyebut kawasan Jabodetabek untuk hunian menengah ke atas selalu meningkat nilainya. Bahkan, Bodetabek menjadi destinasi hunian premium.
“Sekarang itu untuk Bodetabek itu tidak hanya yang rumah-rumah terjangkau, tapi justru kaum-kaum yang lebih urban, lebih modern mereka justru mencarinya di area tersebut,” kata Melia.
Ia mengatakan hunian dengan permintaan tertinggi adalah kisaran Rp 500 juta hingga Rp 2 miliar. Permintaan itu terfokus pada area Tangerang, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Sawangan Depok.
Kemudian, ia menyebutkan ada tiga tren tipe rumah yang diincar pembeli yang dijawab oleh pengembang di kawasan Bodetabek. Salah satunya pengembang tertarik membangun proyek hunian Transit Oriented Development (TOD). Rumah tersebut dekat pengembangan transportasi massal seperti LRT, KRL, dan MRT untuk kemudahan mobilitas.
Selanjutnya, ada tren compact living dan modular housing. Jadi rumah-rumah kecil cocok untuk milenial dan pasangan muda. Tipe rumah ini mudah perawatan, dekorasi, maupun renovasi. Tren terakhir adalah smart home dan green living.
“Rumah segmen menengah atas sudah pasti mereka mencari smart home system, kemudian, solar panel, terus clean air. Itu sudah pasti,” imbuhnya.
Senada dengan itu, Head of Consumer Product & Business Development Bank Muamalat Moch. Irfan Muhazir mengungkapkan banyak pembelian rumah terjadi di segmen menengah atas. Ia menyebut penyumbang kredit pemilikan rumah (KPR) meningkat didorong oleh data pembelian rumah menengah, terutama menengah atas.
“KPR yang masuk ke Bank Muamalat memang dominan didominasi oleh tadi, sejalan dengan data-datanya bahwa memang banyak masuk di segmen menengah dan menengah atas,” tutur Irfan.[]